Pages

Wednesday, November 2, 2016

CERPEN : PENGGODA SETIA

Lyla, seharusnya tak perlu bersedih melihat suaminya sedang ngobrol dengan tetangga baru bernama Tia itu. Bukankah Lyla selalu bilang bahwa dia tak mencintai sosok lelaki yang sudah 7 tahun ini mendampingi hidupnya?
Tidak! Lyla yakin dia tidak cemburu kepada pria yang selama menikah dengannya selalu mengungkapkan cinta. Pada lelaki yang selalu membantu pekerjaan rumah. Yang menyayangi anaknya dengan sepenuh jiwa.
Tetapi lelaki itu kini sedang berdua dengan wanita lain. Tia, seorang wanita single yang menjanda di usianya yang baru menginjak dua puluh empat tahun. Dia merupakan seorang penyanyi cafe. Tia pun menempati sebuah rumah kontrakan milik mertua Lyla.
Baru sebulan tinggal disana dia sudah terlihat akrab dengan mertua Lyla. Terutama ibu mertuanya, Tia sering mengantar ibu ke pasar, ke dokter. Ibu memang tak bisa membawa motor dan jika siang hari Lyla bekerja jadi tentu tak bisa mengantar ibu.
Rumah Lyla dan ibu sendiri terpisah oleh sekat pembatas. Anak kedua ibu masih sekolah SMA, dia juga dekat dengan Tia. Terlihat akrab dan kompak. Tidak seperti Lyla yang seringkali berselisih paham dengan anak baru gede itu.
‘Apa sih yang mereka bicarakan? Mengapa mereka tertawa seperti itu?’ Lyla mengintip dari jendela rumah. Tak pernah dia melihat suaminya itu tertawa sampai seperti itu dengan wanita lain.
Dia kembali ke kamar, weekend ini ingin di habiskan dengan tidur seharian. Tak perduli dengan suaminya yang mengajak jalan tadi pagi. Pekerjaan di kantor yang akhir-akhir ini selalu banyak membuat Lyla jarang tertidur pulas. Terkadang di sela tidurnya dia terbangun untuk mengetik laporan keuangan.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika Lyla keluar rumah. Dia memanggil anaknya yang sedang main di rumah mertuanya. Dan ada Tia disitu.
“Lho dikira pergi sama aa Teh?” ucap Tia sopan,
‘Aa? Sejak kapan dia manggil Aa?’ Rungut Lyla dalam hati. Dia hanya tersenyum.
“Baru bangun tidur, gak tau deh dia kemana?” Tia mengernyit,
“Oh, tadi dia bilang mau beli sate kedepan Teh,”
“Hmm, mungkin...” Lyla memegang tangan anak perempuannya yang berusia lima tahun itu dan mengajak pulang, tak ingin berlama-lama melihat pemandangan asing itu.
Ya, Semuanya terasa asing ketika Tia hadir diantara mereka. Entah dia menempatkan diri sebagai apa di keluarga mertuanya itu? Terkadang ada hal-hal yang justru Lyla tidak tahu namun dia lebih tahu. Seperti adiknya yang PKL dimana? Atau langganan mertuanya dipasar.
Suami Lyla memang mempunyai wajah yang biasa saja. Bahkan diantara sepuluh mantan kekasih nya, dia yang berwajah ‘sangat biasa’. Sementara kekasih yang lain bisa dibilang tampan.
Seringkali Lyla berfikir apa ada kekuatan magic yang membuatnya jatuh cinta dengan Bintang? Bahkan ketika mereka berpacaran ada seorang cowok keren yang mendekati Lyla, namun di tolaknya. Padahal cowok itu sangat mapan saat itu. Dan mungkin hingga kini.
Bintang terlalu biasa, tubuhnya pun tidak tinggi. Hanya beda tiga sentimeter dari Lyla. Yang membuat sungkan memakai high heels jika bersamanya.
Tia jauh lebih cocok dengan Bintang. Dia tak terlalu tinggi, mungkin sekitar sebahu Bintang. Kulitnya putih, pipinya chubby dan dia sopan. Tidak blak-blakan seperti Lyla.
Mungkin sudah saatnya Bintang mempunyai istri lagi dan meninggalkan Lyla, seperti permintaan yang sering diungkapkan Lyla kepada Bintang, terutama ketika mereka sedang bertengkar.
***
Bintang menikmati soto yang dikirim Tia tadi, sementara Lyla lebih memilih facebook-an ria dengan smartphonenya. Sepintas Lyla melirik ekspresi suaminya yang terlihat berseri-seri.
“Enak sotonya?” tanya Lyla
“Hmm lumayan,”
“Biasain diri deh makan masakan dia, siapa tahu bisa jadi istri kamu.”
“Owh, boleh nih ceritanya?”
“Terserah!” Lyla menyibukkan diri mengotak atik layar handphone, tak melihat senyum yang menyungging di bibir Bintang.
Bintang masih seperti biasa di hari-hari berikutnya. Membantu pekerjaan rumah Lyla, dari mencuci baju, mencuci piring, mengepel atau menyapu halaman. Hanya masak yang dia tak kerjakan karena masakannya tak pernah enak.
Lyla pun masih dingin dan cuek. Dia hanya menyimpan keganjalan dalam hati saja. Tak pernah diungkapkan ke Bintang, meski terkadang dia meledek kedekatan suaminya itu dengan Tia.
Aneh! Kenapa dia tidak merasa senang, jika memang benar Bintang jatuh cinta dengan wanita itu dia seharusnya senang. Karena dia akan terlepas dari bayang-bayang suaminya itu. Dia akan bebas menjalani hidupnya kembali.
Pergi kemanapun yang dia suka, pulang jam berapapun. Menghadiri acara apapun dengan pria atau wanita. Dia akan bebas sebebas-bebasnya.
Dia bisa membeli segala yang dia suka. Atau menjalin hubungan dengan lelaki lain yang mungkin bisa membuatnya bahagia.
Lyla yakin dia sudah tidak mencintai suaminya itu, tidak sedikitpun. Tapi kenapa hatinya sesak melihat pemandangan yang terpampang akhir-akhir ini.
***
Sebulan, dua bulan berjalan seperti biasa saja, hingga enam bulan semenjak kepindahan Tia ke rumah kontrakan itu.
Lyla berjalan dengan cepat ke toilet rumah mertuanya. Karena toilet rumahnya sedang direnovasi. Hingga sebuah suara membutnya berkernyit dan memutuskan tidak keluar dari toilet itu.
Suara suaminya dengan Tia. Pikiran Lyla menerawang ke minggu-minggu terakhir ini. Bintang selalu pulang tepat waktu. Satu jam sebelum Lyla pulang. Entah apa sebabnya? Jika Lyla tanya dia hanya menjawab sedang tak ada kerjaan di kantor. Tapi Lyla yakin dia pulang cepat karena tidak sabar untuk bertemu kekasih hatinya, siapa lagi kalau bukan Tia.
“A, udah ngomong sama teh Lyla?” Lyla tahu mereka sedang berada di ruang tv tak jauh dari toilet dengan mendengar asal suaranya.
“Ngomong apa?”
“Masalah kita, aku siap koq A jadi yang kedua,”
Degggg!! Lyla menelan air ludahnya. Dia memegangi dada dengan tangan gemetaran. Benar dugaannya ada yang tak beres dengan kedekatan Bintang dan Tia.
Memangnya siapa Bintang hingga mau poligami? Lyla tak akan setuju! Jika bercerai mungkin dia mau. Toh dia masih muda, masih banyak cowok-cowok yang mau dengannya.
Bahkan Lyla mempunyai wajah lumayan cantik, dan seringkali jika bepergian sendiri ada saja pria yang mengajaknya berkenalan karena tak menyangka dia sudah menikah.
“Ga usah dibahas lah,”
“Aku sayang sama AA, aku mau nikah sama AA...”
“Tapi...”
“Ayahhh,, mamah mana?” suara ceriwis putri kecil mereka memecah pembicaraan serius Tia dan Bintang. Tak membuang waktu Bintang pergi dengan putrinya, diikuti Tia.
Lyla menarik nafas panjang dan keluar dari toilet. Dia memutuskan pulang  lewat pintu belakang. Agar tak ketahuan bahwa baru saja dari rumah mertuanya.
Apa yang menjadi doa Lyla akan menjadi kenyataan, suaminya yang setia kini bermain api. Lyla hanya tersenyum mencibir. Berfikir bahwa memang tak ada yang sempurna. Tak ada pria yang setia. Termasuk Bintang.
Matanya menatap sendu ke cermin di hadapan yang menampilkan bayangan dirinya sendiri. Sosok yang tak bergairah.
Bintang masuk ke kamar dan mengambil posisi rebahan dengan wajah menghadap Lyla.
“Mah, aku mau minta izin,” mata Lyla memanas, sungguh dia tak ingin mendengar kata-kata selanjutnya yang akan keluar dari Bintang. Izin untuk menikah pastinya. Tak pernah sekalipun dia berfikir di poligami oleh suaminya sendiri.
“Minta izin nikah lagi! Sama Tia! Nikah aja sana, tapi ceraiin aku dulu. Aku gak ikhlas dunia akhirat untuk di poligami!”
“Poligami? Maksud kamu apa sih?” Bintang terkekeh, kebiasannya menutupi kebohongan selalu dengan tersenyum atau tertawa garing. Kekesalan Lyla sudah di puncaknya. Mengapa Bintang tak pernah mau menceraikannya tapi kini malah ingin menikah lagi? Dasar cowok egois!
“Aku udah tahu semuanya, aku denger semuanya! Mulai sekarang kamu ga usah lagi kenal aku! Jangan pernah ganggu hidup aku lagi!”
“La, apa-apaan sih?”
Lyla tak perduli lagi dengan ucapan Bintang, yang dia ingin hanya pergi dari rumah itu. Akhirnya dengan emosi yang memuncak Lyla memasukan baju-baju ke dalam tas dan pergi secepat kilat. Dia tinggalkan putrinya yang sudah tertidur.
Bintang berteriak memanggilnya, tapi dia tak perduli. Toh cepat atua lambat mereka juga akan tetap berpisah.
***
Disinilah Lyla sekarang, menyendiri di taman. Tengah malam. Taman yang cukup jauh dari rumahnya. Dia menumpahkan seluruh air mata.
Angin dingin menyelimuti tubuhnya membuat semakin menggigil. Dia tak pernah merasa sesedih ini sebelumnya. Terkhianati! Sering terpikirkan perpisahan, tapi tak tahu ternyata rasanya sesakit ini.
Sebuah tangan mengulurkan jaket ke tubuh Lyla. Lyla mendongak, di dapatinya Bintang berdiri sambil cengengesan, tak ada raut bersalah sedikitpun di wajahnya.
“Kamu koq tau aku disini?”
“Tadi aku ngikutin kamu, kamu cemburu ya?” Bintang duduk di samping Lyla
“Enggak! Aku Cuma kesel aja, kamu gak pernah mau ceraiin aku, tapi sekarang kamu malah mau nikah lagi! Sama aja kamu tuh Cuma mau bikin aku menderita aja kan?!”
“Emangnya siapa yang mau nikah lagi?”
“Ya kamu lah? Kamu suka kan sama Tia? Emang sih dia cantik, baik, pinter masak lagi, udah nikah aja sana!!”
“Aku ga suka sama dia.” Bintang menatap Lyla lekat, nada suaranya masih terdengar datar
“Kalau gak suka ngapain tadi minta izin buat nikah lagi coba?” Bintang tertawa, membuat Lyla semakin kesal.
“Kamu tuh kebiasaan narik kesimpulan sendiri sih, perasaanku ke kamu gak akan berubah secepat itu, aku masih sayang sama kamu dan dalam hidupku menikah itu hanya sekali, ya ke kamu. Kapan lagi aku bisa punya istri cantik dan pintar kayak kamu. Aku tadi mau minta izin buat beli rumah, gak jauh dari rumah orangtua kamu.” Lyla mengusap air matanya tak percaya dengan apa yang dia dengar.
“Tia gimana? Tadi aku dengar sendiri dia mau jadi istri kedua kamu?”
“Itu salah satu alasan aku mau ngajak kamu pindah, Tia suka sama aku, tapi aku udah tolak dia berkali-kali. Dia gak pernah nyerah untuk selalu cari alasan supaya bisa berduaan sama aku. Aku takut suatu saat nanti kalau terus-terusan kayak gini aku bisa luluh sama dia. Aku gak mau itu terjadi.”
“Tabungan kita udah cukup untuk beli rumah baru, kebetulan kemarin aku mampir ke rumah orangtua kamu dan ada tanah yang mau dijual dekat sana, kantor kamu juga jauh lebih dekat kan dari situ,” lanjut Bintang. Lyla menarik nafas panjang. Entah kenapa rasanya lega sekali mendengar penuturan Bintang.
Tak ada manusia yang sempurna, tapi pasangan harus bisa melengkapi kesempurnaan itu kan? Lyla mengerti sekarang, dia sebenarnya masih ada perasaan terhadap Bintang. Hanya saja terkadang dalam pernikahan rasa jenuh itu pasti ada.
Kehidupan yang datar-datar tak ada tantangan juga bisa menjadi pemisah diri, peretak hubungan. Bagi sebagian orang dibutuhkan tantangan dalam pernikahan agar tidak menjemukkan. Lyla mengerti bahwa dia merupakan sebagian dari orang-orang itu.
Dia menganggap tak cinta padahal dia hanya sedang jenuh. Tak ada cemburu jika tak cinta. Sedangkan Lyla tahu dia sangat cemburu saat ini. Tak percaya terhadap suaminya sendiri.
Lyla kembali kerumah, Bintang mengikuti di belakang. Sampai rumah terlihat ibu mertua tidur di samping putrinya. Mungkin dia terbangun tadi.
Lyla jadi lebih bersyukur, karena memang selama ini dia dikaruniai mertua yang baik, mungkin dia saja yang harus lebih membuka diri. Mengenai Tia, keputusan Bintang sudah tepat untuk mengajaknya segera pindah dari rumah itu. Mencari suasana yang baru. Dan menghindari godaan yang nyata. Lagipula selama ini Lyla selalu ingin mempunyai rumah di dekat orangtuanya.
Bulan ini mereka resmi menempati rumah itu. Rumah impian bagi Lyla, karena hampir sebagian besar dia yang mendesignya. Sepulang kerja Lyla segera menulis pesan untuk Bintang.
“Setelah aku fikir-fikir, sepertinya sudah waktunya kita beri putri kita adek.. cepet pulang ya, I love U.”
Mungkin selama menikah, ini kali pertama dia mengucapkan cinta ke suaminya itu, lewat pesan pula. Masih asik cengengesan tiba-tiba seorang pria memeluknya dari belakang.
“Aku udah pulang dari tadi kali, kamunya aja yang gak sadar,” wajah Lyla bersemu merah, dia malu sekali dengan kelakuannya.
“Tau gini, dari dulu aja aku deket sama cewek ya? Jadi kan kamu gak usah bersikap dingin terus ke aku,” Lyla pun mencubit perut Bintang dengan mesra. Sudah waktunya dia benar-benar memusatkan diri ke cintanya, cinta halal terhadap suaminya. Sebuah cinta yang mendapat ganjaran pahala.
Cinta terhadap istri ke suaminya, cinta suami terhadap istrinya.
**Tamat**

No comments:

Post a Comment